Jumat, 15 April 2011

teori psikologi pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN


Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu pemberian latihan atau pengalaman terhadap seseorang atau sekelompok orang agar terjadi perubahan tingkah laku.

Maka pembelajaran ini disebut juga sebagai suatu proses pembiasaan atau pelatihan untuk memperoleh sesuatu yang baru.

Telah banyak teori pembelajaran yang telah diperkenalkan oleh para ahli psikologi untuk dipahami.

Teori pembelajaran yang berkembang pada abad XX saling bertentangan dan saling melengkapi, maka dalam hal ini dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Teori Stimulus-Respons dari Psikologi Behaviorisme.
2. Teori yang bersumber pada non psikologi kognitifisme(1).

Teknologi pendidikan yang didasarkan pada behaviorisme ini masih diikuti namun belum begitu lama kata terbatas dari pengaruh kuat behaviorisme terhadap lembaga pendidikan sehingga pendekatan sistem terbuka belum begitu dipahami. Behaviorisme populer di sekolah-sekolah karena cita-cita dan tujuannya dapat dikemukakan pada awal tahun dan dinilai pada akhir tahun. Maka dalam hal ini yang paling menonjol adalah ITIP karena misi utama dari ITIP adalah mengembangkan sikap tertentu pada guru. Sikap yang memberikan penghargaan pada respon dan kinerja yang baik dari murid dalam ketrampilan dasar membaca, menulis, matematika(2).

_________________
(1) Abdul Chaer, "Psikolinguistik Kajian Teoritik" PT. RINEKA CIPTA, Jakarta Cet Pertama, 2003 Hal. 83
(2) Bob Samples, "Revolusi Belajar Untuk Anak" Cet 1 Kaifa, Bandung 2002, Hal. 57



BAB II
PEMBAHASAN


Dalam teori Stimulus-Respons ini memiliki pandangan bahwa perilaku itu termasuk perilaku peribahasa, maka dengan adanya Stimulus (rangsangan aksi) yang segera menimbulkan respons (reaksi gerak balas) teori ini berawal dari hasil eksperimen Ivan. P. Pavlov, seorang ahli psikologi Rusia terhadap seekor anjing percobaannya.

A. Teori Konneksionisme dari Thorn dike

Teori penghubungan (Conechionisme theory) diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1919) ahli psikologi Amerika. Teorinya dimulai dengan eksperimen yang disebut Trial and Error, yang menempatkan seekor kucing dalam sebuah sangkar besar dan sangkar tersebut dapat dibuka dan mencakar kesana kemari untuk berusaha keluar namun dengan tidak sengaja kakinya terinjak engsel sehingga pintu sangkar terbuka dan kucing keluar kemudiam Thorndike mengulang eksperimen tersebut dengan berulang kali sehingga kucing dapat membuka pintu sangkar itu tanpa mencakar kesana kemari.

Dari eksperimen itu Thorndike berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu proses menghubung-hubungkan didalam sistem saraf dan tidak ada hubungannya dengan insting atau pengertian karena teori pembelajaran itu disebut Connektionism atau S-R Band Theory (teori gabungan stimulus respon).

Yang dihubungkan dalam suatu sistem saraf adalah peristiwa-peristiwa fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Jenis peristiwa itu dihubung-hubungkan dalam beberapa macam gabungan seperti :
1. Peristiwa mental di hubungkan dengan peristiwa fisik.
2. Peristiwa fisik dengan peristiwa mental.
3. Peristiwa mental dengan peristiwa mental.
4. Peristiwa fisik dengan peristiwa fisik.

Dari eksperimen binatang ini thorndike merumuskan dua kaidah atau hukum pembelajaran yang utama,yaitu :

1. The Law of Exercise (hukum latihan)
The Law of Exercise adalah hukum pembentukan kebiasaan atau tabiat yang dibagi dua, yaitu :
a. The Law of Use (hukum guna)
b. The Law of Disuse (hukum jarang guna)

2. The Law of Effect (hukum akibat)

Adalah tidak lain dari yang sekarang kita kenal dengan istilah reinfornemen atau penguatan, jika suatu perilaku memberikan hasil yang memuaskan maka hubungan antara situasi dengan perilaku ini akan diperkuat.

Jadi teori ini pada dasarnya menyarankan tiga prinsip yang dapat dirumuskan :
1. Jika suatu organisasi bersedia melakukan perbuatan ini akan menimbulkan kepuasan.
2. Jika suatu urutan rangsangan (stimulus) gerak balas (respons) di ikuti oleh satu keadaan yang memuaskan hati, maka hubungan S-R ini akan diperkuat, sementara pelaku akan menghentikan penggalangan hubungan itu.
3. Hubungan-hubungan S-R dapat di perkuat melalui latihan-latihan.(3)


B. Teori Pembiasan Operan (Skinner)

Teori pembiasaan operan disebut juga dengan pembiasaan instrumental yang diperkenalkan oleh B. If Skineer ahli Psikologi Amerika sebagai tokoh utama aliran neohavionisme.

Teori tentang pembiasaan operan atau pembinaan instrumental (Instrumental Condetioning) perjelaskan dalam percobaan skenner terhadap seekor tikus.

Didalam kotak skinner terdapat kaleng tempat makanan dan diluar kotak terdapat semacam alat untuk menjatuhkan biji-biji makanan kedalam kaleng, setiap biji makanan jatuh terdengar bunyi "ting", berarti ada makanan yang jatuh kedalam kaleng tersebut, kemudian dimasukkan tikus kedalam kotak skinner. Biji-biji makanan akan jatuh kedalam kaleng jika sebatang besi yang disisipkan ke dalam kotak di pijak oleh tikus. Maka secara kebetulan di saat tikus itu lapar terpijak batang besi olehnya dan biji makanan jatuh ke kaleng.

Biji makan itu adalah penguat (reinforcer), peristiwa penekanan batang besi disebut peristiwa penguatan (reinforcing event) munculnya makanan disebut rangsangan penguat (reinforcing stimulus) dan perilaku tikus disebut prilaku yang dibiasakan (konditioned response).

Dari percobaan itu skenner menarik kesimpulan bahwa penguatan selalu menambah kemungkinan berkurangnya suatu prilaku, dan penguatan (reinforcement) harus cepat dilakukan sebelum tingkah laku lain mengganggu dengan diperoleh hasil yang maksimak Teori ini disifatkan sebagai model S-R-R.(2)

Menurut Skinner tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus, tetapi merupakan suatu tindakan yang disengaja atau operant ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya. Dengan demikian tingkah laku dapat diubah dengan cara antecedent, konsekuensi atau keduanya.

Prinsip dan aplikasi instrumental conditioning :
1. Penguatan
2. Pembentukan
3. Pemadaman dan pemulihan spontan
4. Generalisasi dan diskriminasi
5. Hukuman.(3)

Bagi Skinner dalam pembelajaran merupakan arsitek utama dalam pembentukan tingkah laku siswa agar bertutur sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa.

Menurut Skinner perilaku berbahasa seseorang dapat di prediksikan dan dikendalikan dengan cara mengamati dan memanipulasi pada hasil eksperimen terhadap hewan dengan keyakinan bahwa dapat dilakukan manusia tanpa kesulitan apapun.

Bagi Skinner perilaku berbahasa lebih banyak dipengaruhi, atau disebabkan oleh rangsangan (stimulus) dari luar serta pengukuhan demi rangsangan itu, dia juga tidak menerima akan adanya kepandaian yang dibawa sejak dalam pembelajaran berbahasa itu semata-mata diperoleh sebagai hasil rangsangan dan pengukuhan terhadap rangsangan itu.

_____________
(3) Ibid, Psikolinguistik... ...Hal 85-87
(4) Ibid, Psikolinguistik... ...Hal 90
(5) Abdulrahman Shaleh-Muhbib Abdul Wahab, "Psikologi Dalam Perspektif Islam", Cencona, Cet : 2, 2005 Jakarta, Hal. 221

Tidak ada komentar:

Posting Komentar